![]() |
| Ilustrasi - Overload sampah di TPA DLH Bangka |
CirebonZone - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka Tengah DLH Bangka menegaskan pentingnya penerapan sistem sanitary landfill dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sistem ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan metode lama yang masih mengandalkan penumpukan sampah terbuka.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Heri, Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) TPA Koba, saat ditemui di Koba pada Kamis, 23 Oktober 2025.
Baca Juga: Pencurian Sepeda Motor di Cirebon Terekam CCTV, Korban Kehilangan Scoopy dalam Hitungan Detik
“Kalau aturan seharusnya, sampah yang masuk ke TPA harus ditutup tanah setiap hari atau sistem sanitary landfill. Jadi tidak boleh lagi ditumpuk,” ujar Heri pada awak media dikutip Kamis (30/10/2025).
Menurut Heri, sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara menimbun sampah di lokasi yang telah dirancang secara khusus, kemudian dipadatkan dan ditutup secara berkala menggunakan tanah.
Langkah ini bukan hanya membuat area pembuangan lebih tertata, tetapi juga mencegah pencemaran air tanah dan udara, mengurangi bau tidak sedap, serta menghambat perkembangan hewan pembawa penyakit.
Dengan sistem ini, TPA tidak lagi menjadi sumber masalah lingkungan, melainkan bagian dari solusi dalam pengelolaan limbah padat perkotaan.
Meskipun ideal, Heri mengakui bahwa penerapan sistem sanitary landfill di Indonesia, termasuk di Bangka Tengah, belum sepenuhnya terlaksana.
“Harusnya tidak ada lagi sampah yang terbuka. Tapi kenyataannya, di banyak daerah masih menumpuk karena overload dan sistem pengelolaan yang belum maksimal. Ini terjadi hampir di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Masalah utama yang dihadapi adalah volume sampah yang jauh melebihi kapasitas TPA serta keterbatasan teknologi pengelolaan modern.
Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat dalam memilah dan membuang sampah secara benar masih perlu ditingkatkan.
Heri menegaskan bahwa keberhasilan sistem sanitary landfill tidak hanya bergantung pada fasilitas TPA, tetapi juga pada partisipasi masyarakat dan inovasi teknologi.
Baca Juga: Eks Walkot Cirebon Nashrudin Azis Jadi Tersangka Korupsi Gedung Setda, Negara Rugi Rp 26 Miliar
“Sanitary landfill itu ideal, tapi butuh dukungan teknologi dan kesadaran masyarakat. Kalau dua hal itu berjalan baik, sampah tidak akan lagi menumpuk di TPA,” tegasnya.
Ia juga berharap agar ke depan muncul inovasi baru dalam teknologi pengelolaan sampah, seperti pemanfaatan energi dari limbah (waste to energy) dan sistem daur ulang yang lebih efisien. Dengan begitu, beban TPA bisa dikurangi secara signifikan dan lingkungan tetap terjaga.
“Kalau masyarakat sadar sampah, pengelolaan bagus, dan teknologi mendukung, pasti kita akan cepat maju,” pungkasnya.
Baca Juga: Final Fours Berlangsung di GOR Bima! Inilah Deretan Juara Piala AAFI Ciayumajakuning 2025
Sebagai lembaga yang berperan langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan, DLH Bangka Tengah terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan sampah dan menekan dampak negatifnya terhadap ekosistem.
Melalui penerapan sistem sanitary landfill, DLH berharap TPA di wilayahnya dapat menjadi contoh penerapan pengelolaan sampah modern yang berkelanjutan.
Dengan pengawasan ketat dan dukungan masyarakat, Bangka Tengah diharapkan mampu menjadi daerah percontohan dalam mewujudkan TPA ramah lingkungan dan mengubah paradigma lama pengelolaan sampah menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.(*)
